the real of agroeducation

the real of agroeducation
Can be Change!

konsep diri itu penting!

memaksimalkan potensi, itulah amanah dari Tuhan.

Creativities

Calon novel perdanaku (mhon masukan ya ..)

Part One
A. Seponggah Cinta Ummi

Awan menatapku dibalik tirai jendela yang senantiasa merona di sebelah sana. Ufuk fajar sekarang ini terlihat indah! Gemercik air terdengar riuh dari sela-sela kamar mandi, di ujung koridor lorong asrama. Hempasan udara pagi yang manja seperti menerpa, menyapa, dan membelai sumsum tulangku. Sejuknya ini seolah memijit, memilin, dan bermain lembut di setiap bagian sel-sel saraf . Sentuhannya seraya merayu dan membawaku untuk kembali hanyut ke opera mimpi. Namun, aku tolak rayuan kuat pagi itu. Aku menoleh ke arah jam dinding di ujung kamar. Ternyata menunjukan jam setengah lima pagi. Masyaallah, aku kesiangan! Celetukku dalam hati. Bagiku ini sudah keterlaluan. Aku bergegas bangun seraya menyingkapkan selimut tebalku. Aku topang tubuhku untuk berdiri. Mengubur segenap hasrat malas yang menggelayut pagi ini.
Aku lekas berwudhu untuk menunaikan ibadah sholat subuh. Sebelumnya, aku celupkan terlebih dahulu kedalam kolam air wudhu itu sebuah alat detector efesiensi air wudhu. Alat yang dapat mengetahui relevansi air yang akan kupergunakan untuk berwudhu. Selesai Sholat Shubuh yang hidmat, lalu aku membaca ayat suci Al Qur’an. Dan aku kembali menoleh jam, sekarang hampir pukul setengah enam. Pikiranku saat itu berlari menuju meja belajarku yang berantakan, bak kapal ringsek! Di atas meja itu berserakan buku-buku pelajaran yang tadi malam sempat aku baca dan aku pelajari. Sigapku segera menatanya.
Sesaat kemudian, aku membuka tirai jendela. Hening. Asrama serasa tak berpenghuni. Ku onggakkan kepalaku dan ku pandangi pelita langit yang menggeliat merona. Shubuh ini terlalu jelita. Terlihat awan yang sendu terajut indah. Panorama awan adalah ukiran dahsyat karya cipta Tuhan. Ukiran itu semakin melengkapi sejuta ekstetika langit yang tidak bisa terelakan lagi keangunannya. Burung-burung yang cantik dengan semangatnya menyambut shubuh dengan menari, bernyanyi, layaknya segerombolan penari yang sedang atraksi di atas langit. Tariannya sangat mewarnai shubuh ini. Sungguh Shubuh yang hidmat. Hatiku riuh dan takjub setiap saat melihat bukti keagungan Allah SWT ini.
Shubuh ini mengantarkan ingatanku kepada dua sosok istimewa, yang menurutku sosok  terlalu sempurna. Mereka adalah tokoh paling dominan dalam perjalanan hidupku. Mereka mencintaiku semenjak diriku masih ada dalam alam sebelum dunia. Yah, mereka adalah Ummi dan Abiku. Serasa masih teringat hangat dalam lobusku, kurang lebih dua tahun yang lalu, ketika kami berbincang diteras remah saraya memandangi taman kreatif buatan Ummi yang tersaji dibagian halaman rumah. Saat itu Ummi mengatakan kepadaku tentang pentingnya kita untuk selalu bersyukur dimana pun kita berada. Karena dimana pun kita berada, Allah SWT akan selalu memayungi kita dengan rahmatNYA. Aku mengamini perkataan Ummi. Saat ini aku pun merasakan payung itu. Aku juga teringat kalam Abi tentang pentingnya kita menjaga lingkungan sebagai deskripsi rasa syukur kita kepada Allah SWT. Tidak sanggup kubanyangkan, bila kemolekan alam yang terwujud dengan nyata saat ini dihadapanku akan berubah karena lakon global warming. Cukup sudah  rasanya aku melihat, mendengar, dan merasakan bencana alam di tanah ibu pertiwi ini. Cukup sudah Tsunami, gempa bumi, longsor, banjir, merapi, yang sudah menelan saudaraku. Jangan lagi ada bencana. Hemmph, hatiku seras lesu bila memikirkannya.
Sejurus kemudian kuberanjak dari jendela. Aku beranjak menuju meja di samping kasur tidur yang belum sempat aku rapihkan. Dibagian atas berserakan beberapa buku referensi, yang tadi malam aku habiskan isinya. Sebagai persiapan terakhir presentasi ilmiah, dalam final Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS) yang diadakan pagi ini, sebentar lagi ! Tidak sengaja aku menjatuhkan blinder catatan harianku, sehingga sebagian isinya tumpah terserak. Sigap aku rapihkan. Namun ada secarcik kertas terselip di antara penyangga buku blinderku. Ternyata ini surat dari Ummi dua hari lalu. Kini secarcik kertas itu kugenggam. Dalam kertas ini terbuih pesan – pesan Ummi dua hari lalu yang tidak akan pernah aku lupakan. Ummi memberiku semangat untuk menghadapi kerasnya Pimnas. Inti-inti pesan dari Ummi mulai dari jangan sampai telat Sholat, rajin mengaji, jangan malas belajar, selalu menjadi acuan terbesarku. Dalam hatiku dan nadzar abadiku, aku tidak akan pernah melewatkan satu katapun yang Ummi mandatkan kepadaku. Bagiku petuah Ummi teramat sakti. Dengan ideologi hidupku yang seperti ini pula telah mengantarkan aku dalam meraih mimpi-mimpi. Termasuk saat ini, selangkah lagi aku akan meraih mimpiku,  mendapat beasiswa belajar di Jepang, menjadi mahasiswa terbaik skala nasional. Asalkan hari ini, pukul delapan pagi, aku bisa maksimal saat presentasi di depan para juri yang notabene profesor hebat, disakasikan penonton yang juga merupakan dosen-desen dan mahasiswa cerdas. Dan harapanku bisa  kalahkankompetitor, yaitu mengalahkan teman-teman mahasiswa yang menurutku memeliki karya yang juga fantastik.
Saat ini aku membaca beberapa ayat suci Al-Qur’an sekitar lima menit. Hal ini juga dianjurkan oleh Ummi, dengan harapan semoga aku mendapatkan kemudahan dalam setiap urusan dan dalam mewujudkan harapan-harapanku. Tak terasa tetasan air mata membasahi kelopak mataku. Aku mengaji dengan penuh hidmat. lalu aku pun beranjak untuk memakai kostum yang paling pantas, kostum yang telah kupersiapkan hanya untuk persentasi hari ini, sebuah kostun hadiah bibiku di cirebon.
Sesaat hening, namun tiba-tiba terpecah oleh nada dering yang berasal dari selulerku. Masyallah! Ternyata... ..............

to be continue .....

Tidak ada komentar: