the real of agroeducation

the real of agroeducation
Can be Change!

konsep diri itu penting!

memaksimalkan potensi, itulah amanah dari Tuhan.

Sabtu, Agustus 14, 2010

LOMBA ESSAI KEAMANAN TRANSPORTASI UMUM DI INDONESIA, ESSAY COMPETITION OF UNIVERSITY OF INDONESIA, "Revitalisasi Peran Sopir Untuk Keamanan Transportasi Umum Di Indonesia"

“Saatnya pemerintah memerhatikan pengemudi yang soleh, cerdas, dan mampu selamatkan jiwa, serta berperan aktif dalam memajukan Indonesia!”
a. Problematika kecelakaan transportasi umum mengancam Indonesia dalam gerakan menyetak sumber daya manusia berkualitas.
Bumi agraria Indonesia terbentang luas dengan sederet kekayaan, kemolekan, dan keasrian panorama alamnya yang mahadahsyat. Indonesia yang asri terlihat jelita karena sangat megah akan subtansi ekosistem biotik yang terhampar di seluruh wilayah Indonesia. Secara logis ini merupakan sketsa negara yang makmur dan lohjenawi. Namun sejatinya, keunggulan yang paling berharga yang dimilki Indonesia ini adalah jumlah penduduknya yang melimpah, dan memiliki potensi-potensi berbeda. Sejatinya pula, kapasitas sumberdaya manusia yang melimpah ini bila potensi-potensinya di maksimalkan bisa menjadi kekuatan yang dahsyat untuk membangun Indonesia. Kemegahan sumberdaya alam yang terbatas itu seolah menjadi ‘hiasan dalam negeri’, disaat sumberdaya manusianya tidak mampu memanfaatkannya. Untuk itu, demi memajukan Indonesia perlu sumberdaya manusia yang berkualitas, sumberdaya manusia yang mampu memanfaatkan sumberdaya alam yang terbatas menjadi suatu daya yang tak terbatas.
Dewasa ini, pemerintah Indonesia sudah berusaha mewujudkan sumberdaya manusia yang berkualitas, beragam program kepemerintahan menyangkut pendidikan Indonesia pun direalisasikan. Namun, disaat program-program tersebut gencar direalisasikan, Indonesia justru terancam gagal. Problema yang mengancam sumberdaya manusia seperti bencana alam, isu terorisme, pergaulan bebas, bahkan kasus kecelakaan transportasi telah merenggut jutaan jiwa dan menyebabkan kerugian material yang tidak sedikit. Problema ini secara tidak langsung mengancam program pemerintah dalam menyetak sumberdaya manusia berkualitas itu. Bayangkan, bila diantara jutaan jiwa korban salah satu problema yang mengancam sumberdaya manusia tersebut, terdapat setidaknya sepuluh orang yang ternyata memilki kecerdasan very superior, alangkah disayangkan menilik Indonesia sedang dilanda krisis pememipin Indonesia yang berkualitas. Sudah berapa banyak pelajar, mahasiswa, bahkan pendidik yang menjadi korban. Bahkan dari data korban dan pelaku kecelakaan di Indonesia didominasi oleh siswa SLTA sebanyak 61,10%.
b. Keamanan transportasi sangat essensial bagi bangsa.
Diantara problema yang mengancam sumberdaya manusia tersebut, problema yang terkadang menjadi perhatian publik, namun seiring waktu begitu mudah dilupakan adalah masalah kecelakaan transportasi. Parahnya, intensitas kasus kecelakaan transportasi umum semakin hari semakin meningkat, namun pemerintah sepertinya tetap bergeming, dan selalu menyatakan kecelakaan transportasi di Indonesia masih dalam batas wajar. Namun, jika melihat data statistik, kecelakaan transportasi di Indonesia tergolong penyebab kematian terbesar ke-4 penduduk Indonesia. Secara kontinyu di Jawa tengah, Jawa Barat, dan DKI Jakarta setidaknya 7 jiwa perhari penduduk Indonesia yang tewas akibat kecelakaan transportasi. Bahkan, Indonesia menempati peringkat atas yang memilki kasus kecelakaan transportasi terbanyak se-asia tenggara. Realita ini secara tidak langsung menumbuhkan rasa kekhawatiran bagi siapa pun juga yang hendak melakukan transportasi di Indonesia.
Problema transportasi di Indonesia tidak hanya menjadi permasalahan yang mengancam sumberdaya manusia yang menyangkut keamanan bagi rakyat, namun meluas menjadi permasalahan eksternal menyangkut hubungan luar negeri. Keamanan menjadi pertimbangan utama masyarakat dari luar negeri, baik wisatawan maupun pejabat dari luar negeri, ketika hendak berkunjung ke Indonesia. Salah satu pertimbangan keamanan yang diperhatikan adalah keamanan transportasi. Kejadian kecelakaan kapal laut, pesawat hilang, bahkan kecelakaan lalu lintas serasa menjadi momok.
Transportasi juga merupakan tolak ukur konsistensi pemerintah dalam memfasilitasi rakyat. Kenyamanan melakukan transportasi merupakan bentuk kesuksesan kinerja pemerintah. Padahal, pemerintah telah berjanji akan memfasilitasi transportasi, seperti yang dikemukakan Direktur Keselamatan Transportasi Darat, dalam rekornis bidang perhubungan darat, bahwa urusan pemerintah di bidang sarana dan prasarana keselamatan lalu lintas jalan (LLAJ) dan jalan dipertanggungjawabkan kepada kementerian yang bersangkutan.
Ironis memang, dampak realisasi dari janji pemerintah masih sangat rendah. Beberapa program perbaikan alur transportasi yang bermaksud mengurangi intensitas kecelakaan, seperti pembangunan jalan tol, jalan layang, pengadaan trotoar, sampai pengadaan polisi tidur disetiap jalan kecil sepertinya belum mampu menekan penurunan kasus kecelakaan di Indonesia. Sejatinya, mungkin ada satu yang terlupakan oleh pemerintah dalam program pengurangan kecelakaan transportasi, yaitu terlupa memikirkan siapa yang sebenarnya menjadi penyebab utama kecelakaan? siapa pula penyebab utama keberhasilan dalam mobilitas transportasi? Yah, ialah sang sopir. Sebab, sedimikian rupa fasilitas transportasi terus diperbaiki, termasuk dengan penerapan teknologi, tetap saja tidak maksimal jika pemeran utama transportasi tersebut justru diabaikan.
c. Pengaruh mentalitas sopir terhadap intensitas kecelakaan transportasi umum.
Hampir sebagian besar kasus kecelakaan lalu lintas penyebab utamanya adalah kelalaian sopir. Jika ditelaah lebih baik, ternyata sebagian besar sopir kendaraan umum di Indonesia berusia sekitar 50 tahun. Bahkan, dikawasan Kota Bogor banyak dijumpai sopir angkot yang masih remaja, dengan usia sekitar 17 tahun. Hal yang bertolak belakang dengan kenyataan bahwa idealnya seorang sopir angkutan umum berusia 20-30 tahun. Sebab, menurut psikolog, pada usia 20-30 dianggap sopir akan lebih berhati-hati, tidak rentan kecelakaan seperti sopir yang masih remaja atau yang usianya sudah lanjut. Sampel dari kota madiun, terdapat data sebanyak 39,12% korban dan pelaku kecelakaan umum berusia 36-55.
Disamping faktor usia yang seringkali menyebabkan banyak kecelakaan, faktor mentalitas sopir juga luput dari perhatian pemerintah. Banyak dari kasus kecelakaan lalu lintas yang disebabkan sopirnya sedang mengalami strees, bahkan dalam keadaan mabok namun tetap mengemudi. Realita ini juga sepatutnya menjadi bahan koreksi pemerintah.
Pemerintah sendiri telah mengeluarkan peraturan lalu lintas disertai hukuman bagi pelanggar. Berharap akan mengurangi intensitas kecelakaan, namun realitasnya justru sebaliknya, intensitas kecelakaan semakin meningkat, dan banyak sopir tidak mengyang mengancam sumberdaya manusiaisasikan peraturan tersebut. Oleh karena itu, seharusnya pemerintah melakukan suatu perubahan sikap yang lebih mendekati psikis para sopir. Sehingga suatu saat nanti bisa menentukan kebijakan yang lebih tepat.
d. Saatnya sopir transportasi umum di Indonesia lebih dihargai oleh pemerintah.
Selama ini, mungkin diantara kita dan pemerintah, sering menganggap profesi sopir hanya sebatas jasa saja. Tidak pernah ada pengakuan bahwa profesi sopir adalah profesi yang membutuhkan komitmen tinggi, dasar keinginan menolong sesama yang kuat, bahkan profesi yang bisa berkontribusi secara langsung dalam keamanan negara, dan menyukseskan program pemerintah dalam menyetak dan memertahankan sumberdaya manusia strategis. Seharusnya ini membuat pemerintah lebih memerhatikan sopir. Jika belajar dari negara Jepang dan Belanda, sopir selalu mendapat perhatian dari pemerintah karena peranannya untuk negara. Di jepang seringkali sopir mendapat tunjangan dari pemerintah sebagai bentuk perhatian pemerintah. Bahkan di belanda, sopir mendapat gaji tetap seperti halnya PNS di Indonesia. Pemerintah Belanda dan Jepang seringkali menyebut sopir adalah pahlawan Indonesia. Disebut pahlawan, secara tidak langsung membuat para sopir di Belanda dan Jepang lebih mengutamakan kenyamanan dan keselamatan penumpang, berbeda dengan sopir Indonesia yang mengejar setoran. Pemerintah Belanda dan Jepang berhasil membentuk kualitas sopir yang menakjubkan. Membentuk kualitas sopir yang lebih memakai hati saat mengemudi. Sehingga membuat para sopir merasa dihargai secara moril. Nyatanya, kasus kecelakaan transportasi pun rendah.
Sudah saatnya pemerintah berbenah dan memasang strategi untuk maju. Menyetak dan memertahankan sumberdaya manusia berkualitas adalah solusi terbaik. Salah satunya adalah dengan mengurangi intensitas kecelakaan transportasi yang banyak mengorbankan sumberdaya manusia secara sia-sia. Sopir adalah pemeran utama transportasi yang perlu diperhatikan. Saatnya pemerintah memerhatikan pengemudi yang soleh, cerdas, dan mampu selamatkan jiwa, serta berperan aktif dalam memajukan Indonesia. Masih banyak cara bagi pemerintah Indonesia untuk mengimplementasikan perhatiannya kepada para sopir. Tidak harus menyontek Belanda maupun Jepang dengan memberikan gaji, karena ekonomi Indonesia pun belum stabil.

Tidak ada komentar: